Minggu, 10 Januari 2016



Bercocok tanam dengan cara berladang
Bercocok tanam disini dimaksudkan bercocok tanam berladang, merupakan suatu bentuk mata pencaharin manusia yang lambat laun akan hilang karena diganti dengan bercocok tanam menetap. Bercocok tanam menetap dengan irigasi pertama-tama timbul dibeberapppa  daerah didunia yang terletak didaerah sungai-sungai  besar karena sangat subur tanahnya. Banyak suku bangsa bercocok tanam di ladang. Sekarang juga rubah menjadi petani menetap. Perubahan ini karena penduduk mencapai kepadatan tertinggi. Hal ini dapat dimengerti karena ercocok tanam diladang sangat memerlukan banyak tanah bagi tiap-tiap keluarga.
Bercocok tanam meruoakan pola pertanian yang sudah dikenal manusia sejak dahhulukala. Dalam hubungan dengan masalah mata pencaharian.
Di indonesia umumnya, berladang ngahuma merupaka salahsatu sistem pertanian yang sangat penting, di samping sawah.  Kedua sistem pertanian itu merupakan kerangka dimana ekonomi pertanian berkembang di negri ini, hingga indonesia disebut negara agraris. Dari segi sejarah, ngahuma merupakan bagian dari sejarah pertanian di indonesia khususnya daerah jawa barat. Dalam perjalanan sejarah jawa barat , budaya ngahuma berangsur lenyap, kecuali pada masyrakat yang tetap berbudaya tradisional, seperti masrakat baduy, lenyapnya budaya ngahuma di daerah jawa barat terjadi akibat perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial, sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi pertanian khususnya dan kemajuan jaman khususnya dan kemajuan jaman pada umumnya.
Bercocoktanam diladang merupakan suatu bentuk mata pencaharian manusia yang lambat laun akan hilang, diganti dengan bercocok tanam dengan cara menetap. Bercocok tanam diladang sebagian besar dilakukan di daerah-daerah rimba tropik di asia tengara dan kepulauan asia tengara. Cara bercocok tanam berladang yaitu membuka sebidang tanah dengan memotong belukar dan menebang pohon-pohon, dan dahan-dahan dan batang-batang yaitu jatuh bertebaran dibakar setelah kering, kemudian ladang-ladang dibuka dan ditanami dengan pengelolaan yang minimum dan tanpa irigasi hanya memenfaatkan hujan yang ada sebagai perairan yang mencukupi kebutuhan tanamanya , dan kebanyakan berladang pada daerah dekat perairan sungai yang mengalir, hal ini dilakukan pada musim kemarau, bila pada musim penghujan kebanyakan bercocok tanam dengan cra berladang membuka lahan pertanian berdasarkan tempat tinggal yang di huni. Yaitu gua-gua maupun sudah membuat rumah dengan cara menetap. Hal itu dikarenakan bila mengnjungi tanaman yang di tanamnya akan lebih mudan dan tidak terhalang oleh akses jalan atau yang lainya. Sesudah dua kali atau tiga kali memungut hasilnya, tanah itu ditinggalkan; sebuh ladang baru dibuka dengan cara yang sama setelah 10-12 tahuan, mereka kan kembali keladang pertama yang sudah tertutup hutan kembali
Tegalan adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air hujan, ditanami tanaman musiman atau tanaman tahunan dan terpisah dari lingkungan sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya untuk dibuat pengairan irigasi karena permukaan tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan sulit ditumbuhi tanaman pertanian.
Sistem berladang merupakan sistem pertanian primitif. Suatu sistem peraliahan dari tahap pengumpul ketahap budaya penanaman pengolahan tanah yang minimum, produktifitas tergantung pada ketersediaan lapisan humas yang ada, yang terjadi akibat sistem hutan. Sistem ini pada umumnya terdapat didaerah penduduk sedikit dengan ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-umbian.
Sistem berladang berpindah seperti ini dapat mengakibatkan dampak negatif diantaranya :
a.       Mengurangi luas hutan
b.      Kerusakan hutan,
c.       Tanah menjadi tabdus / lahan kritis
d.      Kebakaran hutan
e.       Pencemaran udara
f.       Tanah mudah tererosi
g.      Banjir.
Sistem pertanian ini berkembang dilahan-lahankering, yaitu jauh dari sumber-sumber air ynag cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka menetap lama di wilayah itu, ealupun demikian tingkat pengusahaannya rendah. Pengholah  tegal pada dasarnya jarang mengunakan tenaga yang intensif, jarang yang mengunakan tenaga hewan. Tanaman-tanaman yang diusahakan terutama tnaman, tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan.
Fungsi ekologi talun antara lain adalah memberiikan perlindungan terhadap plasma nutfah, sebagai habitat satwa liar seperti burung dan seranga penyerbuk, memberi perlindungan tanah dari bahaya erosi dan sebagai penghasil seresah dan humas. Sedangkan fungsi sosial ekonominya antara lain adalah memberikan manfaat ekonomi dari hasil produksinya yang dapat dijual dan dapat dimanfaatkan secara langsung seperti kayu bakar, bahan bagunan dan buah- buahan
Pengolahan tanah pada lahan talun ini benar-benar mengunankan sistem tanam campuran. Karena petani hnaya menanam dan membiarkan lahan dan tidak ada perawatan yang intensif seperti pada tegal. Jenis-jenis tanaman yang ada di talun ini antara lain : kacang tanah, jagung, jati, mangga, singkong, angsara, tanaman obat. Dll
Seteleh kehidupan masa berburu dan meramu pola pikir manusia purba pun berubah dari yang tadinya food gathering menjadi food producing. Kehidupan Bermukin dan Berladang, setelah manusia bertempat tinggal menetap dan bermukim, mereka mengenal bercocok tana. Mereka mulai menanam jenis tanaman yang sekiranya menghasilkan bahan makanan. Mereka melakukan kegiatan berladang. Untuk mengembangkan kegiatan berladang, manusia membuka ladang-ladang baru. Pada awalnya, mereka menebang atau membakar pohon-pohon dan semak berlukar di hutan sekitarnya. Dengan demikian, terciptalah ladang-ladang baru yang siap ditanami. Mula-mulanya mereka menanam jenis ubi-ubian dan keladi. Kemudian mengembangkan jenis padi-padian dan biji-bijian. Jeni sukun dan pisang juga sudah ditanam. 
Disamping berladang, manusia masih juga berburu binatang dan menangkap ikan. Makin lama mereka mulai mengenal berternak. Jenis hewan yang diternakkan, antara lain kerbau, sapi, kuda, babi, dan unggas. Dengan Perkembangan tersebut, jelas bahwa manusia sudah tidak lagi semata-mata bergantung pada alam. Mereka sudah mengusahakan dan menghasilkan bahan makanan sendiri, yakni dengan bercocok tanam dan berternak yang dikenal dengan istilah Food Producing.
Kehidupan Manusia Purba Masa Bercocok Tanam, cara hidup manusia dengan food producing terus berkembang dan mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh makin meningkatnya jmlah penduduk. Perlu kalian ketahui bahwa dengan hidup menetap telah mendorong ke arah peningkatan jumlah penduduk. Dengan jumlah penduduk yang meninggkat, food producing atau kegiatan bercocok tanam dan berternak makin diperluas. Dalam bercocok tanam dan berladang juga mengalami perkembangan. Jenis tanaman yang ditanam juga makin banyak. Di samping jenis ubi, keladi, sukun dan pisang, juga berbagai jenis buah-buahan seperti durian, rambutan, duku, salak dan kelapa. 

Sistem Pertanian waktu itu dengan membuat pematang-pematang untuk menahan air. Didaerah pegunungan dibuat sawah-sawah yang berundak-undak yang dilengkapi dengan saluran air. Hal ini merupakan irigasi tingkat permulaan yang dibuat untuk tanaman pokok. Dalam perkembangannya mulai dikenal jenis tanaman rumput-rumputan, seperti jewawut dan padi gago. Tanaman ini biasa ditanam disawah kering. Tanaman sayur-sayuran juga mulai dikenal, yang lebih menarik adalah mulai dikenalnya padi dipersawahan. Hal ini menunjukkan perkembangan dibidang pertanian