Bercocok
tanam dengan cara berladang
Bercocok
tanam disini dimaksudkan bercocok tanam berladang, merupakan suatu bentuk mata
pencaharin manusia yang lambat laun akan hilang karena diganti dengan bercocok
tanam menetap. Bercocok tanam menetap dengan irigasi pertama-tama timbul
dibeberapppa daerah didunia yang
terletak didaerah sungai-sungai besar
karena sangat subur tanahnya. Banyak suku bangsa bercocok tanam di ladang. Sekarang
juga rubah menjadi petani menetap. Perubahan ini karena penduduk mencapai kepadatan
tertinggi. Hal ini dapat dimengerti karena ercocok tanam diladang sangat
memerlukan banyak tanah bagi tiap-tiap keluarga.
Bercocok
tanam meruoakan pola pertanian yang sudah dikenal manusia sejak dahhulukala. Dalam
hubungan dengan masalah mata pencaharian.
Di
indonesia umumnya, berladang ngahuma merupaka salahsatu sistem pertanian yang
sangat penting, di samping sawah. Kedua sistem
pertanian itu merupakan kerangka dimana ekonomi pertanian berkembang di negri
ini, hingga indonesia disebut negara agraris. Dari segi sejarah, ngahuma
merupakan bagian dari sejarah pertanian di indonesia khususnya daerah jawa
barat. Dalam perjalanan sejarah jawa barat , budaya ngahuma berangsur lenyap,
kecuali pada masyrakat yang tetap berbudaya tradisional, seperti masrakat
baduy, lenyapnya budaya ngahuma di daerah jawa barat terjadi akibat
perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial, sejalan dengan perkembangan
pengetahuan dan teknologi pertanian khususnya dan kemajuan jaman khususnya dan
kemajuan jaman pada umumnya.
Bercocoktanam
diladang merupakan suatu bentuk mata pencaharian manusia yang lambat laun akan
hilang, diganti dengan bercocok tanam dengan cara menetap. Bercocok tanam
diladang sebagian besar dilakukan di daerah-daerah rimba tropik di asia tengara
dan kepulauan asia tengara. Cara bercocok tanam berladang yaitu membuka
sebidang tanah dengan memotong belukar dan menebang pohon-pohon, dan
dahan-dahan dan batang-batang yaitu jatuh bertebaran dibakar setelah kering,
kemudian ladang-ladang dibuka dan ditanami dengan pengelolaan yang minimum dan
tanpa irigasi hanya memenfaatkan hujan yang ada sebagai perairan yang mencukupi
kebutuhan tanamanya , dan kebanyakan berladang pada daerah dekat perairan
sungai yang mengalir, hal ini dilakukan pada musim kemarau, bila pada musim
penghujan kebanyakan bercocok tanam dengan cra berladang membuka lahan
pertanian berdasarkan tempat tinggal yang di huni. Yaitu gua-gua maupun sudah
membuat rumah dengan cara menetap. Hal itu dikarenakan bila mengnjungi tanaman
yang di tanamnya akan lebih mudan dan tidak terhalang oleh akses jalan atau yang
lainya. Sesudah dua kali atau tiga kali memungut hasilnya, tanah itu
ditinggalkan; sebuh ladang baru dibuka dengan cara yang sama setelah 10-12
tahuan, mereka kan kembali keladang pertama yang sudah tertutup hutan kembali
Tegalan
adalah suatu daerah dengan lahan kering yang bergantung pada pengairan air
hujan, ditanami tanaman musiman atau tanaman tahunan dan terpisah dari
lingkungan sekitar rumah. Lahan tegalan tanahnya untuk dibuat pengairan irigasi
karena permukaan tidak rata. Pada saat musim kemarau lahan tegalan akan sulit
ditumbuhi tanaman pertanian.
Sistem
berladang merupakan sistem pertanian primitif. Suatu sistem peraliahan dari
tahap pengumpul ketahap budaya penanaman pengolahan tanah yang minimum,
produktifitas tergantung pada ketersediaan lapisan humas yang ada, yang terjadi
akibat sistem hutan. Sistem ini pada umumnya terdapat didaerah penduduk sedikit
dengan ketersediaan lahan tak terbatas. Tanaman yang diusahakan umumnya tanaman
pangan, seperti padi darat, jagung, atau umbi-umbian.
Sistem
berladang berpindah seperti ini dapat mengakibatkan dampak negatif diantaranya
:
a. Mengurangi
luas hutan
b. Kerusakan
hutan,
c. Tanah
menjadi tabdus / lahan kritis
d. Kebakaran
hutan
e. Pencemaran
udara
f. Tanah
mudah tererosi
g. Banjir.
Sistem
pertanian ini berkembang dilahan-lahankering, yaitu jauh dari sumber-sumber air
ynag cukup. Sistem ini diusahakan orang setelah mereka menetap lama di wilayah
itu, ealupun demikian tingkat pengusahaannya rendah. Pengholah tegal pada dasarnya jarang mengunakan tenaga
yang intensif, jarang yang mengunakan tenaga hewan. Tanaman-tanaman yang
diusahakan terutama tnaman, tanaman yang tahan kekeringan dan pohon-pohonan.
Fungsi
ekologi talun antara lain adalah memberiikan perlindungan terhadap plasma
nutfah, sebagai habitat satwa liar seperti burung dan seranga penyerbuk,
memberi perlindungan tanah dari bahaya erosi dan sebagai penghasil seresah dan
humas. Sedangkan fungsi sosial ekonominya antara lain adalah memberikan manfaat
ekonomi dari hasil produksinya yang dapat dijual dan dapat dimanfaatkan secara
langsung seperti kayu bakar, bahan bagunan dan buah- buahan
Pengolahan
tanah pada lahan talun ini benar-benar mengunankan sistem tanam campuran. Karena
petani hnaya menanam dan membiarkan lahan dan tidak ada perawatan yang intensif
seperti pada tegal. Jenis-jenis tanaman yang ada di talun ini antara lain :
kacang tanah, jagung, jati, mangga, singkong, angsara, tanaman obat. Dll
Seteleh kehidupan masa berburu dan
meramu pola pikir manusia purba pun berubah dari yang tadinya food gathering
menjadi food producing. Kehidupan Bermukin dan Berladang, setelah
manusia bertempat tinggal menetap dan bermukim, mereka mengenal bercocok tana.
Mereka mulai menanam jenis tanaman yang sekiranya menghasilkan bahan makanan.
Mereka melakukan kegiatan berladang. Untuk mengembangkan kegiatan berladang,
manusia membuka ladang-ladang baru. Pada awalnya, mereka menebang atau membakar
pohon-pohon dan semak berlukar di hutan sekitarnya. Dengan demikian,
terciptalah ladang-ladang baru yang siap ditanami. Mula-mulanya mereka menanam
jenis ubi-ubian dan keladi. Kemudian mengembangkan jenis padi-padian dan
biji-bijian. Jeni sukun dan pisang juga sudah ditanam.
Disamping berladang, manusia masih
juga berburu binatang dan menangkap ikan. Makin lama mereka mulai mengenal
berternak. Jenis hewan yang diternakkan, antara lain kerbau, sapi, kuda, babi,
dan unggas. Dengan Perkembangan tersebut, jelas bahwa manusia sudah tidak lagi
semata-mata bergantung pada alam. Mereka sudah mengusahakan dan menghasilkan
bahan makanan sendiri, yakni dengan bercocok tanam dan berternak yang dikenal
dengan istilah Food Producing.
Kehidupan Manusia Purba Masa
Bercocok Tanam, cara hidup manusia dengan food producing terus
berkembang dan mengalami peningkatan. Hal ini didorong oleh makin meningkatnya
jmlah penduduk. Perlu kalian ketahui bahwa dengan hidup menetap telah mendorong
ke arah peningkatan jumlah penduduk. Dengan jumlah penduduk yang meninggkat,
food producing atau kegiatan bercocok tanam dan berternak makin diperluas.
Dalam bercocok tanam dan berladang juga mengalami perkembangan. Jenis tanaman
yang ditanam juga makin banyak. Di samping jenis ubi, keladi, sukun dan pisang,
juga berbagai jenis buah-buahan seperti durian, rambutan, duku, salak dan
kelapa.
Sistem Pertanian waktu itu
dengan membuat pematang-pematang untuk menahan air. Didaerah pegunungan dibuat
sawah-sawah yang berundak-undak yang dilengkapi dengan saluran air. Hal ini
merupakan irigasi tingkat permulaan yang dibuat untuk tanaman pokok. Dalam
perkembangannya mulai dikenal jenis tanaman rumput-rumputan, seperti jewawut
dan padi gago. Tanaman ini biasa ditanam disawah kering. Tanaman sayur-sayuran
juga mulai dikenal, yang lebih menarik adalah mulai dikenalnya padi
dipersawahan. Hal ini menunjukkan perkembangan dibidang pertanian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar